Hmmmm...udah lama juga ya rasanya gue gak buat postingan di blog ini. Lama gue tinggal blog gue udah banyak sawang, para gelandangan asmara dan sarang jomblo-jomblo. Hahaha kidding. Gue baru sempet buat postingan karena kemarin lagi ada tugas dan kepentingan yang mesti gue urus. ceilah sok sibuk banget ya gue. Dan faktor selanjutnya, karena lagi ada trouble signal speedy di kantor gue. Yap, gue emang fakir wifi -___-.
Saat lagi asik-asiknya bercengkrama dengan rekan kerja gue, tiba-tiba gue lihat hashtag #prayForJakarta menghiasi beberapa cuitan di sosial media. Gue jadi penasaran dan jadi kepo ke situs-situs berita di browser. Dan ternyata ada ledakan bom di Jalan M.H. Thamrin Jakarta dan juga terjadi baku tembak antara pihak kepolisian dan tersangka pengeboman.Lokasi ledakan terjadi di Pos Polisi depan sarinah dan di depan gedung Jakarta Theater.
Gue disini bukan mau mosting tentang SARA atau kebencian terhadap pemerintah. Tapi yang gue gemesin, terkadang kalau ada ledakan kaya gini yang tertuduh tu agama Islam dan kaum Muslim. Dan sebutan teroris selalu melekat ke agama Islam. Apa karena agama ini mayoritas di negara ini? padahal belum tentu juga orang beragama Islam yang melakukan. Kalau pada faktanya yang melakukan itu orang beragama Islam, janganlah hujat agamanya, tapi oknum nya. Karena gue percaya, di setiap agama tidak pernah mengajarkan hal yang buruk seperti pengeboman. Tapi yang di ajarkan setiap agama adalah nilai-nilai kebaikan dan mengasihi antar sesama manusia.
Gue ambil sample saat Invasi Amerika Serikat ke Irak. Mereka ( katanya ) bertujuan untuk menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan ancaman terroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari rezim Saddam Husein. Tetapi mengapa serangan itu menewaskan juga warga sipil yang tidak berdosa dan tidak ada sangkut pautnya. Dan juga saat para Zionis Israel menjajah tanah Palestina dan banyak menewaskan warga Palestina. Mengapa mereka tidak di sebut teroris? Dan jika di hujat akan tindakan negara itu yang menewaskan warga sipil, kenapa tidak di hujat agamanya, seperti nasrani teroris atau yahudi teroris. Kenapa harus Islam yang selalu di sebut teroris.
"Siapa yang memulai perang dunia pertama? Apakah Muslim?
Siapa yang memulai perang dunia kedua? Apakah Muslim?
Siapa yang mengirim bom nuklir Hiroshima dan Nagasaki? Apakah Muslim?
Siapa yang membunuh lebih dari 100 juta orang Indian di Amerika Utara?
Apakah Muslim?
Siapa yang membunuh lebih dari 50 juta orang Indian di Amerika selatan?
Apakah Muslim?
Siapa yang menjadikan 180 juta orang Afrika sebagai budak dan 88% dari
mereka meninggal dan dibuang di lautan atlantik? Bukan Muslim yang
melakukannya.
Siapa yang membunuh sekitar 20 jutaan Aborigin di Australia? Bukan
Muslim yang melakukannya... "
Dan hari ini Anda dapat melihat bahwa muslim selalu menjadi korban.
Lihatlah Burma, Yaman, Suriah, Irak, Afghanistan, Palestina, dan
negara-negara Islam lainnya.
Dan hal kedua yang pengen gue bahas, gue agak kaget juga saat membaca cuitan status twitter dari akun @ferizandra ini .
Gue enggak tau dia ini siapa, tapi emang bener tanggal 14 Januari 2016 adalah batas waktu freeport untuk menyampaikan divestasi saham. Dan ini sumbernya . Freeport adalah
masalah krusial Indonesia menyangkut hajat hidup 250 juta penduduk
Indonesia. Dalam satu analisa, seandainya kekayaan Freeport yang
mengeruk Sumber Daya Alam di Papua hasilnya sebagian besar untuk
Indonesia maka bukan saja rakyat Papua kaya raya juga rakyat Indonesia
akan sekolah gratis sampai perguruan tinggi. Dan apakah kejadian bom Sarinah ini hanya pengalihan isu benar adanya seperti pengalihan isu akan berita tentang Bank Century seperti yang tercantum dalam sumber berikut ini.
Tapi terlepas dari semua itu, gue harap semoga kita makin cerdas untuk menilai siapa yang patut di labeli teroris. Bukan dari Agama tapi dari pelakunya. Dan semoga adanya wacana pengalihan isu itu tidak benar adanya. Dan semoga negeri ini tetap damai, terbebas dari terorisme, juga terbebas dari para oknum yang ingin memecah belah persatuan di negara indONEsia ini. #PLUR #KamiTidakTakut
No comments:
Post a Comment