Tuesday, 17 November 2015

Kenapa Jangan Jadian dengan Teman Dekat

Malem ini gue mau posting tentang, kenapa lo jangan pacaran sama temen deket lo sendiri. Emang kenapa? ada yang salah? enggak, enggak ada yang salah. Cuma disini gue bakal share pengalaman gue yang pernah pacaran sama temen deket gue sendiri, dan endingnya seperti apa.

Waktu kelas satu SMA dulu, dimana HP symbian series masih merajai dunia, dimana Nokia 6600 cs dan Sonny ericsson k700i masih jadi primadona, gue sempet kenal dengan seorang cewek lewat sms, namanya elvi. Gue lupa perkenalan kita mulanya gimana, tapi seinget gue kayanya sih dikenalin sama kenalan gue juga, mumu. Enggak tau kenapa dari perkenalan itu, dia menjelma jadi temen yang asik buat gue. Kita beda sekolah, dia di smansa dan gue di sm(e)ansa. Kita saling menceritakan kepribadian kita masing-masing juga banyak hal lain. Rhie adalah panggilan khas dia buat gue saat itu. Dia asik, humoris, dan bisa jadi temen yang baik. Setelah beberapa kali kita sering ngobrol via sms dan telpon, kita mencoba buat kopi darat, alias komunikasi via darat atau ketemuan.
Anaknya berambut sebahu, dan berkulit hitam manis. Dari pertemuan itu kita jadi semakin dekat, tapi sebagai teman tentunya bukan yang lebih. Karena saat itu gue dan dia juga masih sama-sama punya pasangan. Dia cukup care dengan gue, malah terkadang perhatian dia ngelebihin cewek gue. Dia sering sms atau telpon ngucapin selamat pagi sebelum pacar gue sms, ngingetin sholat, makan siang, belajar yang rajin, dsb. Di luar perhatian itu, topik yang sering kita bahas dikala luang via sms dan telepon sih biasanya seputar pasangan kita, teman-teman kita, tentang aktivitas di sekolah, dan apa aja hal yang terjadi di saat itu juga, selalu kita saling menceritakan. Gue tau hal baik dan buruknya dia gimana, apa aja yang dia suka dan enggak suka, begitupun juga sebaliknya. Walau kita jarang ketemu secara langsung, karena untuk menjaga perasaan pasangan kita masing-masing, kita lebih sering komunikasi via sms juga telepon. Pernah pasangan kita masing-masing cemburu, karena terkadang kalau dilihat via teks, hubungan kita bukan layaknya seorang teman, tapi lebih. Setiap mau menyudahi sms aja, biasanya dia pakai sms penutup "lanjut nti y rhie, udah bel masuk ni. belajar yang bener, jangan kangen y, miss u"  , yang gue bales juga dengan "miss u too".


* * *

Udah 3 tahun gue sama elvi, dengan intensitas yang sama, jarang ketemu tapi lebih sering ke via hp. Padahal kita tinggal di satu kota yang kecil dan juga sempit. Tapi yang terpenting buat kami saat itu, hubungan pertemanan ini masih terasa asik aja. Makin banyak obrolan-obrolan yang kita bahas selama kita kenal beberapa tahun ini. Pernah dia nangis-nangis telpon gue saat dia putus, dia abis cabut sama temen-temennya, dia bolos les, dan banyak lagi. Hingga disuatu pagi, saat lagi musimnya try out untuk menghadapi ujian nasional, elvi nelpon gue sehabis solat subuh. Sambil menangis dia nelpon gue, "rhie, aku putus" gue coba tanya kenapa bisa putus, dan dia jawab "enggak tau juga rhie, padahal aku sayang sama dia, tapi kenapa tiba-tiba dia mutusin aku coba. Nyebelin, semua cowok sama aja". Gue coba jawab "Ya elah, cowok kan masih banyak. Lagian enggak semua cowok itu sama, tinggal individunya aja gimana. Contohnya aku" . Sambil agak ketawa mringis, dia bilang, "iya, kamu mah edan, hahaha" dan enggak tau kesambet setan apa, tiba-tiba gue nyatain perasaan gue via telpon di pagi itu. "el, kita kan udah kenal lama. Kita sama-sama tau gimana baik buruknya kita. Dan sekarang kamu jomblo, aku juga lagi jomblo, ngapa enggak kita coba dari sekedar temen deket", suasana mendadak hening tapi tidak cukup panjang, hanya sepersekian detik. Dan dia jawab "kamu yakin?" aku jawab "kenapa enggak" dan dia kembali menjawab, "oke sayang" dengan nada ceria.

Perasaan gue seneng campur aneh, temen deket gue selama ini, jadi pacar gue dengan simpelnya via telepon. Tapi semua itu enggak bertahan lama, hanya beberapa minggu saja, dan sebelum kelulusan SMA. Karena kita udah saling kenal lama, kita enggak jadi penasaran lagi, dia itu seperti apa, sukanya apa, dsb. Kita malah jadi sama-sama merasa bosan, jenuh, karena situasinya tidak berbeda jauh saat kita berteman dulu. Tidak ada hal yang baru. Perhatian, cerita-cerita aktivitas kita, itu sudah kita dapatkan sebelum kita jadian. Dan akhirnya, setelah kita sama-sama mengungkapkan apa yang kita rasakan, kita sepakat untuk menyudahi semua ini, kita balik lagi jadi teman seperti dulu. Ada hal yang aneh, saat kita dulu berteman dengan tanpa canggung, jadian, lalu putus. Ada rasa yang enggak biasa yang hinggap. Kadang ada perasaan sama-sama ragu ketika akan menghubungi, semua kefrontalan kita saat bercerita itu udah enggak ada lagi. Semuanya menjadi canggung. Dan waktu membuat kami perlahan-lahan menjadi jauh, ditambah dengan dia yang sibuk kuliah, dan gue sibuk dengan aktivitas gue. Kita udah jarang bertukar kabar. Kadang gue kangen masa-masa pertemanan itu, tapi semuanya kini telah berubah

* * *

Saat gue lihat di timeline path gue, ada notif temen gue bertemen dengan akun yang menurut gue itu dia. Gue coba invite path dia, dan di accept. Gue coba stalking sedikit akun dia, ternyata bener itu dia. Gue nge-message dia, tanya kabar, sekarang dimana, dan kita saling bertukar pin BBM. Setelah tujuh tahun kita tanpa kabar, kita dipertemukan lagi lewat social media yang bernama path.  Setelah gue coba invite pin BBM dia, obrolan kita pun masih sama seperti dulu, canggung bercampur aneh. Hanya tanya kabar, kerja dimana, dan hilang. Pernah dia BBM saat gue anniv satu tahun dengan pasangan gue sekarang, "cie yang enip" dan gue bales dengan emot nyengir. Mungkin kita hanya diam-diam tanpa sengaja terkadang melihat pembaruan yang melintas di recent update BBM juga IG, karena gue udah enggak maen path lagi. Dan mungkin pertemanan itu enggak akan bisa seperti dulu lagi, karena semuanya telah berakhir, saat dari pertemanan kita mencoba hal yang lebih, yaitu pacaran.

Sekian pos dari gue, mudah-mudahan jadi analogi buat kalian yang ragu akan memulai hubungan pacaran dengan teman dekat kalian. Karena menurut gue, saat itu berakhir tidak sesuai yang kalian harapkan, ada perasaan yang hilang yang akan kalian rindukan :).

4 comments:

  1. duh gitu ya.. :(( ane juga nih, kayaknya terperangkap suka (bukan suka juga sih) ama temen deket yang udah deket banget 4 tahun, 4 tahun kayaknya hampir tiap hari ketemu dan tau kebiasaan dan keburukan masing2, saling tau semua tentang masing2, gimana dong *duh berasa konsultasi ya*

    ReplyDelete
    Replies
    1. duh berasa pengen pake jilbab, contact mas abdel dan shooting di indomaret nih :D. Kalo menurut saya sih misal pengen jadi istri gpp gan. Tapi kalau jadi pacar, trs putus malah aneh rasanya. Kehilangan pacar sekaligus temen. Double ilangnya :)

      Delete