Pagi ini gue mau ngepost kisah perjalanan gue ke daerah wisata provinsi lampung periode maret 2015 lalu. Walau udah agak lama enggak apa-apalah gue share sekarang. Sekalian promosi potensi wisata tanah kelahiran gue ke khalayak ramai.let's go....
Pagi itu, tetesan air meluncur secara slow motion dari langit. Ya,
beberapa waktu yang lalu gue dan temen-temen fakir asmara gue sebut saja
Haris, Lukman & Edi ( maaf nama kita samarkan untuk menjaga privasi
) punya rencana buat ngunjungin tempat wisata yang ada di pinggiran
lampung. Tapi hujan deras dari sisa semalam masih berlanjut di pagi
hari, kaya cewe yang lagi bete semaleman karena cowonya enggak pernah peka
sama kode yang dikasih, akhirnya betenya jadi berkelanjutan ke hari
besoknya.
Hampir aja gerimis ini ngebuat kita ngurungin niat buat
luncuran ke Sari ringgung, Pantai baru yang belum lama dibuka sekitar akhir tahun 2014 lalu, yang
konon katanya sakitnya karena di guna-guna, pantainya bagus beudh. Jam udah nunjukin pukul 06.30, tapi belum ada
tanda-tanda bakal reda. Akhirnya kita tetep nekad ngelanjutin rencana
kita buat ngambil kitab suci ke barat ngilangin penat ke Sari ringgung ,saat jam menunjukkan 06.55 Wib dengan 2 elang & naga motor yang siap ngebawa kita kesana.
Perjalanan dari Sribhawono Lampung Timur ke Sari Ringgung yang ada di
pesawaran lumayan jauh, enggak sedeket akses dari metro. Cuaca dingin,
gerimis, awan mendung, kenangan mantan, jalan-jalan berlubang yang mulai
jarang di perhatiin sama pacar pemerintah, setia
nemenin perjalanan kita. Dan perjuangan buat kesana itu enggak semulus
pahanya personil JKT48. Dari sepanjang jalan Sribhawono, Bandar Agung,
Pugung, Tanjung Bintang, dipenuhi jalanan berlobang. Belum lagi habis di guyur hujan semaleman, jadinya
betcek, enggak ada otjek, lengkap sudah ngebuat kendaraan yang kita naikin,
juga kaki kita yang mulus ini kotor di nodai oleh air genangan dan
tanah-tanah becek. Untung aja kita sering nonton iklan di tv dengan tag
line berani kotor itu baik. Jadi ngebuat kita tetep jalan terus.
liat tuh jalannya, ini masih belum parah ( si agan lukman & agan edi berpose )
Tapi ada hal yang gue suka saat kita melintas di area PTPN VII di daerah
pugung. Di kanan dan kiri jalan masih tumbuh pepohonan lebat, yang buat
gue berpikir ternyata lampung masih hijau. Enggak kaya Jakarta yang mulai
kekurangan lahan hijaunya dengan segala kemacetannya. Lumayan, bisa jadi
obat buat paru-paru gue, yang biasanya gue ngirup aroma premium, bio
solar, pertamax, tapi di perjalanan ini gue disuguhin sama segernya
udara yang dihasilin dari perpaduan : pagi hari + gerimis + populasi
pepohonan hijau = Awesome.
hijau, kan lampung kita?
nyempetin selfie di sela-sela perjalanan daerah pugung, muka-muka ceria
gayanya agan harris enggak nahan euy
fokus ke kaki mereka, bersihnya
Setelah ± 2,5 jam ngelewatin rute Sribhawono – Pugung – Tanjung Bintang
akhirnya sampai juga kita di kawasan panjang Bandar lampung. Yang
berarti enggak lama lagi jarak buat ke pantai makin dekat di hati. Sempet
khawatir juga sih sampai Bandar Lampung, karena disana sering ada razia
polisi. Kalo polisi nya jeli sih selamet, tapi kalo enggak jeli, bisa-bisa
kena tilang karena waktu gue berboncengan sama haris bisa menimbulkan
fitnah bahwa kita bonceng timpah 3 yang akhirnya kita kena pasal plagiat
cabe-cabean. Padahal haris ini 1 orang, tapi sering terlihat 2. Bukan,
haris bukan sejenis spesies amoeba yang bisa membelah diri, tapi dia
hanya lelaki biasa yang belum lama ini keluar dari grup bandnya , St12.
Kenapa kita jadi bahas haris? Skip.
Kita langsung tancap gas ke
daerah teluk betung, biar cepet sampai ke tempat tujuan. Rasanya sama
kaya seseorang yang enggak sabar pengen cepet pulang terus nemuin
kekasihnya. Setelah ±1,5 jam perjalanan dari panjang, akhirnya sampai juga
kita di sari ringgung. Biar pacar kita enggak curiga kalo kita selingkuh
atau enggak, kita langsung berselfie ria di depan gapura Pantai Sari
ringgung. Biar enggak kalah sama pasangan-pasangan lainnya, yang terkadang
punya pasangan posesif, kalau kemana aja perlu di foto buat bukti bahwa
pacarnya emang lagi enggak selingkuh. Tapi kan katanya mereka Fakir asmara,
gimana mau selingkuh? Wahai para couple, kita harus menjaga kerukunan
antar umat ber-asmara. Biar fakir-fakir asmara enggak ngerasa
kesepian-kesepian bingow. Kalau sampai enggak rukun, bisa-bisa ribut
nantinya kaya Haji Lulung sama Ahok.
penampakan mahkluk ,lama enggak refreshing
di depan Big Banner Sari Ringgung Beach
Masih sepi karena pagi
Temen gue dari SD, si Rivan udah nunggu di pantainya. Setelah membayar
tarif masuk ke Sari ringgung, gue nemuin temen gue terus kita ber 5
langsung menuju ke mountain view. Tapi percaya deh kita bukan sm*sh kok
yang nyanyi sambil pamer susu cenat-cenut. Biaya masuk pantai ini adalah 10k/orang, 10k/mobil serta 5k/motor. Terjangkau kok masian. Dan kita berselfie lagi biar
pacar kita percaya kalau kita enggak selingkuh. Tapi kan kalian ada yang
jomblo. Ya udah sih, biarin aja. Jangan dipermasalahin.skip
Expresi saat baru mendarat
cakep kan penampakan dari atas suasana pantainya
Abis dari atas, kita langsung turun ke pondokan buat nikmatin indahnya
panorama pantai juga ngerasain aroma-aroma pasir. Pasir yang putih
dipadu dengan air laut yang jernih. Tapi sayang, banyak dihiasin
bebatuan kecil. Mungkin kalau di foto pake camera 360, langsung mulus
deh tu pantai. Sama kaya cewe yang jerawatan terus foto pake camera 360
jerawatnya langsung hilang.
dan gue nulis-nulis di pasir
Terlepas dari keindahannya, hal yang masih kurang menurut gue dari pantai ini sewa pondokannya yang lumayan, dengan harga
50k tentunya bukan harga yang murah untuk sebuah pondokan yang kecil dan
juga kebersihannya kurang terjaga. Terlepas dari kelebihan dan
kekurangannya pantai ini masih cocok buat yang ingin menghabiskan
akhir pekan atau melepas penat. Karena di pantai ini juga difasilitasi tambahan area futsal, area voli, rumah makan, wahana bermain anak kecil seperti prosotan di air, ayunan, banana boat, kano, dll.
example
di atas prosotan
Karena kita berkunjungnya bukan hari libur, pantainya sepi. Seenggaknya bisa ngobatin mata
juga hati kita karena enggak ada couple yang wara-wiri. Cuma ada kita ber 5,
sama beberapa grup cewek di deket pondokan kami.Gue pikir, kalau
pantainya sepi gini, terus ada cewek yang mandi, terus dia kelelep, kita
tolongin, dia ngucapin terima kasih, kenalan, tukeran pin bbm, lalu
jatuh cinta. So sweet. Tapi kenyataannya, kita asik sendiri, kecapean,
istirahat, dan cewek-cewek itu sibuk selfie. Toh kalau mereka berenang
terus kelelep juga gue enggak bisa nolongin karena gue enggak bisa berenang.
Paling hal yang bisa gue lakuin, gue numbalin Haris, Mas edi juga Lukmin
buat nolongin, terus gue cari ubur-ubur. Waktu cewek nya udah ketolong,
gue sengat mereka bertiga pake ubur-ubur & gue kenalan sama tuh
cewek.Romantis.
Foto di Sekitar area pantai
Setelah cukup puas menjelajah pinggiran pantai, foto-foto, santai di cafe
beach, kita menuju ke pasir timbul. Biar enggak terlalu mahal bayar
perahunya, kita coba cari beberapa orang buat ke pasir timbul.
#MentalAnakMess. Ya, karena tarifnya lumayan buat nyeberang, 130 K/perahu .Kita coba nawarin ke grup cewek selfie tadi, tapi
mereka enggak minat, karena enggak ada diskon. Akhirnya malah 2 couple, gue
ulangin, iya 2 couple yang baru aja dateng bersedia buat nemenin, lebih
tepatnya ngeringanin biaya kita, buat ke pasir timbul. Dengan kita berlima, dan dua couple tadi, biaya kita tekan dari 130 K dibagi 5 orang menjadi 130 K dibagi 9 orang. Lumayan kan. Tapi 2 couple ini enggak
punya toleransi berasmara. Di perahu, mereka foto-foto berpasangan.
Walau di belakangnya ada foto kita juga sih, seenggaknya nunjukin kasta
mana populasi couple mana populasi fakir asmara. *tear*.
nih kisah cinta kita, kita yang dibelakang tapi. miris ya
sengaja yang gue tampilin saat mereka sudah kita jelaskan ada pelanggaran HAM umat berasmara. Akhirnya mereka pun agak berjauhan
Dari sari ringgung ke pasir timbul kita disuguhin pemandangan, masjid
apung, sebelum sampai ke pasir timbul.
foto masjid apung di pantai ini. Pantai ini pun menawarkan wisata hati
foto temen gue rivan dari atas perahu. Siluet-siluet gimana gitu
Sekitar 10 menit sampai juga kita
di pasir timbul. Air nya jernih banget ke biru-biruan kaya pertamax.
Gue kira setelah couple ini puas berfoto couple ria di perahu, di pasir
timbul agak berkurang. Tapi ternyata salah, sampai disana mereka makin
nunjukin kalo mereka berasal dari planet couple, kita dari planet fakir
asmara. Rasanya pengen banget kita nyundul gerobak abang bakso yang
lewat saking keselnya karena mereka enggak ngejaga nilai-nilai toleransi
berasmara & memahami perasaan fakir-fakir asmara. Tapi kita nungguin
abang baksonya, enggak ada yang lewat. Akhirnya niat tersebut kita urungin.
Foto kebiadaban couple itu enggak kita masukin, karena itu melukai hati para tuna asmara. Kita langsung asik ngabisin waktu di pantai nya yang lebih natural,
lebih bersih buat mandi, berselfie, juga berjemur yang ngebuat kulit
kita makin gosong karena terbakar teriknya matahari. Tapi hal itu enggak
ngebuat rasa seneng juga refresh kita berkurang. Sayang selama kita di
pantai kita enggak bawa kamera DSLR buat ngefoto takjubnya ciptaan Tuhan di
Sari ringgung juga pasir timbul ini, kita malah bawa kamera LDR. Bukan
ini bukan jenis kamera yang lagi pacaran jauh-jauhan kaya gue, tapi
kamera yang pixelnya jauh dari kamera DSLR. Tapi never mind, seenggaknya
kita punya dokumentasi disini.
sambutan pasir timbul
di belakang gue itu yang namanya pasir timbul
berselfie ria di pasir timbul
berjemur di pantai, elu liat tuh jernihnya airnya.
agan Edi pamer kekuatan tenaga dalamnya
lelah, setelah berjemur. Pose sebelum pulang
Dan dibawah tempat singgah pasir timbul ini ada penangkaran hiu nya juga loh, selain itu kalian bisa liat penampakan ikan yang unyu beud.
nih, anakan hiu
penampakan ikan kecil yang unyu warnanya
Setelah lelah menunggu dia yang ga peka bersuka ria, kita mutusin buat grup boyband balik.
Selama di perahu kita hening, karena terlalu lelahnya mungkin. Dan
mungkin juga para couple ini dapet hidayah bahwa bermesra-mesraan di
depan fakir asmara termasuk perbuatan kurang terpuji. Sampai di pantai sari
ringgung kita langsung menuju ke SPBU dekat pantai buat bilas, lalu
meneruskan perjalanan ke metro via Bandar Lampung. Kita lupa kalau hari
itu bukan weekend, Bandar Lampung saat sore hari macet oleh kendaraan
anak-anak sekolah pulang dari bimbelnya, Orang-orang pulang dari tempat
kerjanya, dan mantan berangkat kencan dengan gebetannya. Tapi ada 1 hal
yang ngebuat jantung sama ginjal gue hampir ketuker. Lagi macet-macetnya
di daerah jalan kartini, gue ngerasain hal aneh. Jarak gue & haris makin
jauh dengan Rivan juga Mas edi & lukmin. Ternyata haris tidur sambil
mengendarai motor. Awesome, Ajaib, Amazing beudh. Gue enggak pernah tau
dia belajar mengendarai motor sambil tidur itu sejak kapan & dimana.
Mungkin dia punya cita-cita pengen ngalahin deddy corbuzer waktu dulu
sering tampil di acara tv saat episode naik motor dengan mata tertutup.
Atau juga dia pengen main film fast & furious, nyaingin almarhum
paul walker waktu naik mobil sambil membelakangi jalan. Entahlah, hanya
dia yang tau. Akhirnya gue ngebangunin dia dengan mandangin wajahnya
& gue panggil 3x namanya, dia melek , & kita enggak pacaran.
Perjalanan ± 1,5 jam, kita pun sampai di Metro buat istirahat sebelum
besoknya beraktivitas lagi. Sekian cerita dari gue. Gue enggak peduli pada
mau comment lebay, hyper, baper, tapi ada beberapa pesan moril dari
cerita gue yang gue rasa.
Pertama, buat kalian yang menuju kesini jangan lupa bawa sun block. Karena panas
di pantai ini luar biasa, kulit temen gue si rivan aja sampai kebakar.
Dan bersiap-siaplah menjadi orang yang berbeda saat pulang dari pantai,
karena efek gosong dari panasnya cuaca di pantai ini. Jangan sampai saat kamu pulang liburan dari sini, terus cewek kamu bilang, kamu berubah. Atau cowok kamu bilang, kamu iteman ya sekarang. Itu buat kamu bakal stress, wahai kaum cewek.
Dan pesan moril berikutnya, Imho, Waktu selama perjalanan dari berangkat sampai ke tempat tujuan,
jalan yang di tawarkan enggak selalu mulus. Ada jalanan
mulus - berlubang - mulus - berlubang yang kita laluin bareng orang-orang yang
nglewatin jalan yang sama. Gitu aja siklusnya. Sama kaya kita berjalan
menuju ke arah mana tujuan hidup kita. Walau situasinya berbeda, pasti
kita juga nemuin jalanan mulus seperti sukacita dalam hidup kita, juga
jalanan berlubang, seperti cobaan juga ujian dalam hidup kita sebelum
kita sampai ke tujuan kita. Juga waktu kita di pantai kita ngerasa
having fun, tapi dengan efek kulit jadi gosong terbakar teriknya sinar
matahari. Buat gue belajar bahwa sebenernya kebahagiaan juga kesusahan
itu 1 paket. Di balik susahnya kita menuju kesini, lalu terbakarnya
kulit, tapi terbalas dengan eksotisnya ciptaan Tuhan yang bernama
pantai, yang ngebuat kita bersyukur masih diberi kesenangan hidup,
dengan nafas & 2 mata yang masih bisa melihat indahnya ciptaan
Tuhan.
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan ( Q.S al-insyirah : 6 )
No comments:
Post a Comment