Di malem minggu ini yang katanya malamnya orang berpasangan pada kencan, jomblo pada menghilang, dan para single berjuang menghadapi sabtu malam, dan yang LDR pada asik sibuk skypean, gue malah cuma asik menyendiri di kamar mess karena enggak bisa pulang. Bukan gue habiskan waktu dengan nonton bokep tapi ya, jangan su'udzon dulu. Bukan juga gue mengimbangi jomblo untuk menjaga toleransi kerukunan berumat asmara, jangan GR lo para jomblo, tapi karena gue biduran efek cuaca yang dingin banget malem ini. Mungkin karena gue butuh pelukan hangat dari raisa dan isyana pacar gue. halah malah jadi baper
Tiba-tiba di aplikasi line gue ada pesan masuk. Tumben-tumben pikir gue isinya pesen beneran. Karena gue jarang chat via line. Sekalinya pesen masuk paling ada orang nantangin gue main getrich, atau akun line berhadiah. Pesan tersebut dari temen SMP gue, si dini yang ngabarin kalau ada titipan undangan dari temen gue si riska yang sabtu depan mau menikah. Dan enggak lama si riska malah BBM gue, gue disuruh dateng ke resepsi pernikahannya. Gue pun berkata "insyaAlloh gue usahain ris karena sekarang gue dines kerjanya jauh, jadi enggak bisa janjiin dateng apa enggaknya". Riska pun memaklumi.
Enggak lama ada BBM masuk juga dari temen SD juga futsal gue, si aang. Ngabarin kalau minggu besok gue di undang ke acara syukuran atas kelahiran anak dari temen futsal gue, si ubay disertai foto undangannya. Gue pun bilang ke aang juga ubay kalau gue enggak bisa dateng karena gue belum bisa pulang, karena ada hal yang mesti gue selesain disini.
Gue coba lihat pembaruan di BBM gue, gue lihat banyak juga ya rupanya temen-temen gue yang udah nikah. Gue liat statusnya pada "malmingan bareng suami" , "malmingan bareng my husband & boy" , "ngumpul bareng mertua" , "kencan with my wife" , "awas ada razia polisi", "liat grup ya sis ada banyak barang baru", dll. Temen-temen gue udah nemuin jodohnya masing-masing. Gue enggak takut ditanya kapan nikah, karena gue punya tips menghadapi pertanyaan itu yang bisa kalian baca disini .
Kadang ketika temen gue bertanya gitu, gue bukannya tersinggung atau apa. Tapi seandainya dia ngerti apa yang gue hadapin. Siapa sih yang enggak pengen nikah, pasti pengen lah. Udah mengikuti sunnah nya nabi, menyempurnakan sebagian dari agama, dan mempunyai hubungan yang sah diakui secara agama dan negara tentunya. Tapi setiap orang mempunyai alasan kenapa dia belum mau untuk menikah. Bisa karena mengejar karier yang belum tercapai, belum menemukan pasangan yang pas, cinta tapi beda keyakinan ( yang laki yakin dia ganteng, tapi yang cewek enggak yakin ), belum mendapat restu, fengshuinya belum pas, nunggu cinta fitri season 9 tayang, setya novanto belum mundur dari jabatan ketua DPR, dan berbagai alasan lainnya.
Gue belum menikah karena skenario yang mesti gue hadapi berbeda dengan orang lainnya. Pasca ditinggal bokap meninggal, gue yang menggantikan posisi sebagai tulang punggung keluarga. Memenuhi kebutuhan rumah, listrik, biaya kuliah juga sekolah adik gue, dan lain sebagainya. Emang ibu lo enggak kerja? gue sengaja enggak ngebolehin ibu gue bekerja, karena waktunya gue membalas budi ke ibu gue walau sampai kapanpun kebaikan ibu gue enggak pernah bisa gue bales. Sempet pimpinan gue nawarin kerja di tempat produksi kue atau menjaga toko materialnya. Ada juga yang nawarin di tempat jahit. Tapi gue enggak bolehin. Karena kasian adik gue yang masih SD. Kebayang dia pulang sekolah, kakaknya pada kerja dan kuliah, ibunya kerja, adik gue mau sama siapa, pertumbuhannya seperti apa, malah akan terabaikan.
Mungkin karena ibu gue merasa kesepian saat anaknya pergi bekerja dan sekolah, ibu gue ngomong sama gue. Ingin mengikuti kegiatan kelompok wanita tani, yaitu kegiatan bertani modern yang di galakkan oleh pemerintah di setiap RT lalu dikembangkan ke rumah-rumah. Karena tempatnya cuma dibelakang rumah, dan ibu gue ingin berdagang jajanan saat sore hari di depan rumah, karena kebetulan disamping ada TPA yang setiap sore banyak murid untuk datang belajar mengaji. Gue pun membolehkan. Kasian juga nyokap kalau enggak ada kegiatan.
Itulah yang menjadi dasar gue kenapa gue masih menunda untuk menikah. Pernah ada temen bilang ke gue "ngurusin keluarga mah enggak ada abisnya" ada benernya, tapi tinggal gimana individunya menyikapi aja si. Karena bagi gue keluarga itu segalanya. Karena saat menikah nanti, gue harus menafkahi istri gue, memenuhi kebutuhannya, itu malah membagi fokus gue yang saat ini sedang berjuang habis-habisan untuk menafkahi dan membiayai perkuliahan adik gue. Memang gelar akademik itu tiada artinya kalau kita tidak mempunyai skill yang mumpuni, tapi sekarang rata-rata setiap lowongan kerja menawarkan lowongan yang minimal pendidikannya Sarjana. Padahal yang SMA belum tentu kalah skillnya dengan yang sarjana. Gue pengen adik gue menggapai apa yang bagi gue enggak kesampaian, yaitu menuntut ilmu yang lebih luas di bangku perkuliahan. Gue pengen melihat adik gue agak mudah mencari pekerjaan, enggak kaya gue yang mati-matian cari kerjaan sana sini, dihina orang, dipandang sebelah mata, walau kini untuk sementara waktu gue bisa mencapai di titik yang gue inginkan dan enggak pernah terbayangkan sebelumnya.
Menikah itu mudah, hanya mengurus persyaratannya dan kehidupan setelah ucapan sah saat ijab kabul yang susah melaluinya. Enggak semua orang bisa melewati rumah tangganya dengan sukses. Ada beberapa temen gue yang menikah lalu gagal saat memasuki fase pernikahan dalam hitungan tahun. Ada yang ditinggal suaminya kabur, ada yang ditinggal istrinya kabur, ada yang udah nikah masih bertahan tapi sering galau di sosmed. Karena bagi gue pernikahan itu ibadah sakral. Gue hanya ingin menikah dengan orang yang tepat, bukan dengan yang asal dapat atau hanya bertahan sesaat. Dan gue yakin kok, sehebat-hebatnya kita berencana tetep Tuhan yang menetapkan. Kalau Tuhan udah mengizinkan, gue akan menikah dengan pasangan yang udah digariskan berjodoh dengan gue sesuai ketetapan waktunya. Ini cuma masalah waktu.
Sekian curhatan gue di malam minggu ini. Enggak enaknya menjadi orang yang tumbuh di fase dewasa ya gini salah satunya, tentang menikah :))
No comments:
Post a Comment