Thursday, 3 December 2015

kebersamaan?

Disini gue mau ngeluarin uneg-uneg yang masih ganjel karena suatu kejadian sekitar saat akan memasuki fase tengah-tengah bulan tahun 2014 lalu. Emang cerita apasih boy? simak aja deh ya.

Jadi saat selesai tutup shift I, tibalah waktunya para petugas operator pengisian menyetorkan hasil penjualan ke kasir. Tapi disini sedang terjadi human error di pihak kasir. Entah karena ada masalah atau hal lainnya, dia kurang fokus dalam perhitungan, sehingga mengakibatkan perhitungan tidak balance sesuai bukti transaksi selama satu shift dan terjadi kelebihan uang setoran tersisa diatas satu juta rupiah. Sebuah hal yang kurang logis, operator di lapangan mendapatkan keuntungan diatas satu juta. Pembulatan minyak yang dikeluarkan saat ada transaksi antara petugas dan konsumen dalam satu shift sangat aneh jika ada kelebihan sekitar nominal itu. Terkecuali jika ada konsumen yang membayar kelebihan seratus ribu dari jumlah pembelian sebanyak sepuluh orang, mungkin iya. Tapi hal itu tidak pernah terjadi selama kita bekerja di SPBU ini. Awalnya mereka mengaku lebih sekitar dua juta, lalu mereka keluar ruangan dan saat kembali hanya mengaku lebih satu juta rupiah. Hal yang sangat ganjil dan gue mulai curiga akan kejujuran mereka. Akhirnya setelah dimusyawarahkan dalam breafing,  hal itu pun dilanjutkan keesokkan harinya untuk pemecahannya.

* * *

Siang ini gue menerima kunjungan dari pihak Pertamina juga manajemen perusahaan kami. Sehingga gue tidak bisa mengikuti breafing dan bagaimana masalah tersebut dipecahkan. Tiba-tiba mereka beranjak pulang dengan berkata masalah telah selesai. Saat gue menemui kasir, tampang mereka sedang kesal. Gue coba tanya  "gimana masalahnya?" jawab mereka "Operator bilang kurang puas dengan pelayanan kita. Kaya mereka enggak pernah salah aja. Sekali salah aja bilangnya gitu. Dan kemarin itu lebihnya diatas satu juta, disimpen di lemari mess anak baru. Takut bener uang enggak kita pulangin. Padahal tiap lebih ya kita kasih ke mereka" .Gue pun emosi,gue coba tanya ke salah satu petugas via sms dengan "kok cara kalian gitu". Tiba-tiba mereka tersinggung dengan sms dari gue dan mereka membuat acara pertemuan satu kelompok diam-diam untuk membahas ketersinggungan gue. Gue tau itu dari sms salah satu petugas operator yang sedang training bareng gue untuk naik jabatan dan masih rekan satu tim itu.  

Dan akhirnya gue tau rencana busuk mereka dari bagian  logistik , yang didalangi oleh sang provokator pengecut yang hanya berani bermain dibelakang gue dan mengkompori massa tanpa berani menunjukkan argumen langsung di hadapan gue dengan cara mengajak para petugas operator membuat surat pernyataan  dan persetujuan yang telah ditandatangani oleh mereka dengan cara memindah gue dari pekalongan. Betapa busuknya niat mereka, ditengah-tengah situasi bokap gue yang masih di rawat di Rumah Sakit, dan mereka berniat memisahkan gue dengan keluarga gue yang masih ditimpa musibah. Seandainya mereka tau apa yang jadi maksud gue itu gimana. Padahal niat gue baik, bukan untuk menguasai seseran mereka dsb. Niat gue, melindungi mereka jangan sampai masalah ini didengar oleh atasan, sehingga mereka kena teguran. Itu yang pertama. Yang kedua, siapa yang tidak butuh uang? dalam hidup kita membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan dalam hidup kita. tinggal masing-masing individu bagaimana cara memperolehnya. Yang gue takutin, uang lebihan ini disimpan di lemari mess anak baru, yang keamanan nya kurang terjaga. Dan mereka percaya ke anak baru, iya kalau utuh,kalau hilang gimana? alangkah kasiannya mereka jika ganti rugi atas kehilangan uang perusahaan yang nominalnya diatas satu juta dibagi orang delapan. Jangankan ganti rugi, kadang dapat seseran cuma sepuluh ribu aja ada yang ngeluh. Udah ganti rugi, atasan denger, mereka di SP. Siapa yang rugi? tapi dari satu tim ini, hanya ada tiga orang yang menurut gue mereka sebenernya hanya ikut-ikutan.

Sekian hari gue mengambil langkah diam dan mereka enggak menganggap gue. Tapi lucunya, saat mereka ada kejadian salah isi BBM kendaraan atau ada permasalahan di lapangan ya masih nyari gue. Ditengah aksi diam itu, gue sibuk menghitung rapel reward pasti pas dari januari hingga maret. Selain penghitungan itu, gue sering lembur merevisi jurnal pembukuan dengan dua kasir gue. Reward pastipas berbentuk nominal ini bukan buat gue pribadi tapi seluruh karyawan. Padahal bisa aja draft itu gue bagi dengan dua kasir yang bantu gue, tapi gue punya cara sendiri dalam memperoleh hak yang diberikan perusahaan. Kalau dengan hal yang kecil gitu aja gue tergoda, gimana Tuhan mau nitipin yang lebih besar. Dan mereka enggak tau gimana kesiksanya menyusun reward itu dan merevisi jurnal selama tiga bulan

* * *

Setelah gue berkoordinasi dengan satpam dan menyelesaikan tugas perhitungan rapel reward juga revisi jurnal, gue coba mengikuti breafing mereka. Gue bilang "disini saya cuma menyampaikan sesuatu. Saya mengucapkan terimakasih buat kalian yang membuat surat pernyataan ingin memindah saya karena kejadian kemarin. Terima kasih banget karena kalian ingin misahin saya dengan keluarga saya terutama ayah saya yang lagi dirawat di rumah sakit. Padahal namanya orang tua yang lagi sakit, mereka tidak hanya butuh simpati dari anak-anaknya, bukan hanya butuh materi dan perhatian, tapi juga empati. Tapi disini saya mengucapkan terimakasih buat hal itu. Maksud saya biar semua transparan, bukan menguasai seseran kalian. Kita tau kemarin ada kesalahan perhitungan oleh kasir. Maksud saya lebihnya berapa, dikumpulkan, dan disimpan sesuai tempat yang kita sepakati, kita saksikan bersama dan enggak ada yang boleh membuka kalau bukan kita. kalau lebih itu buat kalian, saya enggak akan mengambil. Kalau seandainya uang itu disimpan kalian, lalu hilang, siapa yang ganti rugi. kalau didengar atasan dapat SP, siapa yang rugi?. Dan kalau emang sikap dan kata-kata saya salah saya minta maaf kepada kalian". mereka terdiam. Terlepas dari siapa yang salah atau benar, bagi gue meminta maaf itu adalah hal yang mulia. Begitu yang ibu gue ajarkan ke gue.

Sebenernya bukan bab itu aja yang dibahas di breafing, ada bab penentangan absen sholat yang dibuat oleh manajemen tapi dikira itu buatan gue dsb. Tapi gue rasa enggak perlu dimasukkin ke postingan ini. Dan endingnya kita pun bermaafan. Gue udah memaafkan mereka, tapi untuk melupakan belum. Karena rasa sakit yang terlanjur menyayat hati, sangat susah dicarikan penawarnya. Dan semua kejadian itu hanya karena miss komunikasi dalam hal uang. Yap,  ternyata uang pun bisa membuat orang menjadi gelap mata tanpa peduli bagaimana keadaanya. Akhirnya gue enggak jadi dipindah, dan gue masih bisa nemenin bokap hingga akhir hayat beliau. Sekarang sudah satu tahun lebih gue pindah di sribhawono, tapi bukan karena surat pernyataan mereka, karena posisi disini ada yang kosong. 

Gue cuma berharap, mereka enggak akan ngerasain apa yang gue rasain, entah itu mereka atau keturunannya. Karena rasanya sakit, dikhianatin yang katanya awalnya mau membangun semuanya dengan cara kebersamaan, gue mau dipisahin dengan ortu, dsb. Tapi biar Tuhan aja yang cukup membalas gimana perbuatan mereka ke gue. Karena gue percaya, sekecil kebaikan atau kejahatan yang dilakukan pasti ada balasannya. itu pasti, entah itu di dunia atau di akhirat. Gue juga enggak tau gimana jika di hari akhir, hari perhitungan nanti, mereka dan gue disidang dihadapan Tuhan, di tempat penghakiman seadil-adilnya atas perbuatan mereka ke gue. 

Dan gue berpesen buat kalian, setiap niat baik dari perbuatan kalian belum tentu mendapat balasan yang baik pula. Tapi luruskan lagi, niat baik itu akan tetap dinilai oleh Alloh, karena semua itu tergantung dari niat. Dan disetiap kehidupan pasti ada orang yang suka juga benci sama kita, apalagi orang yang bermuka dua. Tapi kalian jangan takut akan para pembenci, akan orang jahat, takutlah kepada orang yang berpura-pura baik dengan kita. Karena dia mempunyai pisau tajam yang siap menusuk kita kapanpun itu. Dan kita pasti menemui orang bersifat seperti itu dalam hidup kita. Waspadalah-waspadalah..

Sekian salah satu cerita pilu yang terjadi dalam hidup gue

No comments:

Post a Comment