Saturday, 5 December 2015

#HomeSick

Lagu dari michael bubble - home mengalun dengan apiknya di telinga gue. Ketika mendengar kata home, gue jadi teringat akan rumah. Sudah satu minggu gue belum pulang ke daerah asal gue metro. Karena tuntutan profesi gue harus menunda kepulangan gue untuk bertemu dengan keluarga dan orang terdekat gue. Di rumah dan tempat gue berasal bukanlah sebuah tempat tinggal yang mewah, ramai, dan banyak terdapat banyak tempat hiburan seperti di Jakarta, Bandung, Jogja dan kota besar lainnya. Kota dimana gue berasal hanyalah sebuah kota kecil yang berpenduduk sekitar seratus lima puluh ribu jiwa berdasar sensus tahun 2013. Tidak ada Mall, 21, XXI, dunia Fantasi, tapi Metro bagi gue adalah sebuah kota kecil yang penuh dengan kenangan dan selalu membuat gue rindu pulang saat gue jauh.

Pernah ketika gue setelah lulus sekolah gue mencoba mengikuti seleksi sekolah tinggi milik negara, di kota Palembang Sumatera Selatan. Saat gue berada disana, gue merasa seneng. Menjelajahi tempat yang belum pernah gue kunjungi, melihat kultur adat dan kebudayaan yang berbeda serta pembangunan juga tempat hiburan yang berbeda dari kota gue berasal. Gue mengunjungi Masjid Agung Kota Palembang, Benteng Kuto Besak, Gelora Sriwijaya, Mall-mall yang tersebar, Pasar tradisional, perkampungan, Tempat-tempat kuliner, dan tentunya yang menjadi icon kota Palembang, Jembatan Ampera. Seusai pendaftaran, gue balik lagi ke Lampung karena ada berkas gue yang ketinggalan. Selang dua hari kemudian gue berangkat lagi ke kota itu. Selama di Palembang gue tinggal di kediaman kakak angkat gue, yang bernama mas syarif, di daerah Lemabang. 

Setelah mengurus proses registrasi pendaftaran, gue diajak berkeliling oleh mas syarif di Kota Palembang. Dan tempat itu enggak terlupakan di memori ingatan gue, karena disana gue ketemu keluarga baru, teman-teman baru dan suasana yang baru. Tapi saat malam hari di hari kedua saat gue balik ke Palembang, menjelang tidur, gue kangen akan kota gue. Dan itu terasa jauh banget. Gue merasa pengen balik, dan bahwa Palembang ini bukan tempat gue, walau disana juga menawarkan hal yang menyamankan juga menyenangkan. Keesokan harinya gue memesan tiket travel dan mempercepat kepulangan gue. Padahal mas syarif masih menawarkan gue untuk berlibur di Palembang, tapi rasa rindu gue akan keluarga di kota kecil itu membawa gue untuk pulang. Jenuh rasanya di mobil berjam-jam, apalagi saat melihat papan penunjuk saat transit di Kayu Agung, tertera tulisan 300 Km Lampung.

Seminggu setelah tibanya gue di Lampung, tibalah waktu gue harus berangkat tes di Palembang. Tapi gue enggak tinggal lagi di lemabang, tapi di Asrama Pertamina di daerah Plaju Palembang bersama temen-temen baru gue yang mengikuti tes juga. Kamar bertingkat dengan pemandangan panorama sungai gerong menghipnotis mata gue untuk menikmati keindahan tempat ini.Tapi sebelum gue mendaftar, gue sempet dibilangin mas syarif, harusnya mendaftar di Jakarta saja karena peluang masuk lebih besar. Tapi nasi sudah terlanjur masuk pencernaan, jadi ya jalanin aja apa yang udah di laluin. Untuk ke Jakarta pun akan menambah biaya yang cukup mahal lagi. Setelah tes keesokan harinya gue dan temen-temen pun berkeliling Palembang lagi sebelum pulang ke daerah asal kita masing-masing. Karena Metro adalah tempat gue pulang

Seperti itupun juga saat gue pindah tugas di sribhawono setahun yang lalu hingga detik ini, di tempat gue mencari rezeki. Memang enggak sejauh jarak antara Palembang - Metro, dan jarak antara Metro - Sribhawono pun hanya kisaran 90 Km. Tapi setiap weekend gue selalu menyempatkan diri untuk pulang. Bukan gue enggak betah disini, gue betah kok akan suasananya yang asri dan alami. Tapi rasa rindu akan tanah kelahiran gue, selalu membuat gue ingin pulang. Karena gue lahir dan tumbuh  di Metro, tempat yang  menyimpan banyak kenangan dalam hidup gue. Dan ke Metro aku akan kembali

No comments:

Post a Comment