Jadi ceritanya, beberapa hari yang lalu, gue mau mengurus pembayaran angsuran terakhir motor kreditan gue dan mengambil buku pemilik kendaraan bermotor ( BPKB ) sebagai tanda sahnya hubungan antara gue sama jeje ( nama panggilan motor gue ). Gue coba menghubungi temen gue jaja, karyawan dari dealer yang mengurus persyaratan saat gue mengkredit motor gue tersebut dengan sebuah kantor leasing *****. Maksud gue biar dipermudah pengurusannya, karna gue denger banyak yang dipersulit saat pengurusan pengambilan BPKB. Tapi sayang, temen gue enggak bisa nemenin gue karna dia lagi banyak tugas. Gue enggak enak juga kalau ganggu aktivitas orang. Akhirnya gue coba ngurus semuanya sendiri.
Dan, entah kenapa, selama gue bayar angsuran dari awal , yang gue terima pelayanan yang ramah dan baik, enggak gue temuin di angsuran terakhir ini.. Biasanya security membukakan pintu, mengucapkan salam, menanyakan ingin membayar angsuran atau hal lainnya, lalu kita di print kan tiket antrian. Tapi ini enggak, gue disambut dengan wajah sipek dari security. Karena selama ini gue enggak pernah ketemu ni security setiap membayar angsuran, gue berpikir mungkin ini karyawan baru. Lalu dia nanya "mau ngapa mas?" dan gue jawab "bayar angsuran motor pelunasan terakhir dan mengambil BPKB". Lalu dia bertanya kembali dengan nada agak meremehkan, "mau bayar pake apa?", dan gue jawab "ya pake uang lah" gue mulai ketus. Lalu gue mendapat tertawaan kecil antara dia dan partner nya seorang perempuan karyawan situ juga. "maksud saya pake STNK apa KTP" dia tanya lagi. Dan gue jawab "bapak tanya saya bayar pake apa? ya pake uang. sejak kapan bayar angsuran pake STNK". Dia mulai agak kesel, bisa gue liat dari raut wajahnya dan dia tanya lagi "terus mau ambil BPKB, mana kwitansi terakhirnya?". dan gue jawab "kan saya baru mau ngelunasin. kan udah saya bilang juga saya mau bayar angsuran pelunasan terus ambil bpkb. kwitansi terakhirnya ya setelah saya bayar ini". Lalu wajahnya kembali kesal, seolah malas meladeni gue. Lalu gue bilang "saya disini konsumen pak, bapak harusnya melayani dengan baik dong". Lalu gue pun pergi ke antrian setelah menerima print tiket antrian tunggu.
Saat tiba pemanggilan nomor antrian gue, gue langsung menuju ke kasir. Gue bilang ke ibu kasir yang selalu melayani gue setiap membayar angsuran "bu, kok pelayanannya jadi gini ya.enggak sebaik saya bayar kemarin-kemarin.apalagi securitynya, ketus banget ngelayanin. kalau saya lapor ke pusat, dia ditegor atau di sanksi kan kasian". lalu ibu itu meminta maaf. Setelah menyelesaikan transaksi pembayaran gue diarahkan ke antrian customer service untuk mengurus pengambilan BPKB. Selama duduk di ruang antrian, security itu curi-curi melotot ke arah gue. Gue pun gentian melototin dia. Untung aja kita enggak jatuh cinta kaya di FTV. Dan gue mengobrol dengan konsumen lain di sebelah gue yang kebetulan dari sebuah dealer juga, dia tanya, "udah selesai mas angsurannya", dan gue jawab "udah mas". Lalu dia memperhatikan gue dan bertanya "kenapa mas, kayanya lagi kesel bener". Dan gue jawab juga sengaja gue kerasin suara gue "itu pak, securitynya dari saya dateng sipek bener. Saya disini mau bayar angsuran, bukan mau ngutang. bukan dilayani baik-baik malah begitu.kalau saya telpon ke pusatnya, dia ditegor atau disanksi kan rugi dianya". Dan security tersebut mulai agak berubah sikapnya. Mungkin dia mendengar pembicaraan gue tadi. Lalu dia memanggil gue, dan bilang "bisa dibantu mas". "iya saya mau ngurus pengambilan BPKB" gue jawab santai. Dan dia pun memamnggil customer servicenya, lalu gue di dahulukan.
Dan keribetan disini terjadi lagi. Jadi waktu pengambilan motor kredit itu, semua data atas nama gue dan bokap yang jadi penjaminnya. Petugas CS tanya ke gue "mengambil BPKB atas nama siapa mas", gue jawab nama lengkap gue. Dan dia tanya lagi "kok nama di buku angsurannya bukan nama mas". Gue jawab "kan ini semua aturan dari ***** nya, katanya karena ayah saya yang jadi penjamin. Jadi di buku bukan atas nama saya". Lalu dia tanya lagi "Walinya mas yang harus ngambil, sekarang ayahnya mana", gue jawab "ayah saya udah meninggal mbak satu tahun yang lalu". Lalu dia minta bukti dan gue kasih fotocopy surat kematian, Kartu keluarga ( KK ) lama yang masih ada nama bokap gue, dan fotocopy KK baru yang udah dirubah setelah wafatnya bokap gue. Dan jawabannya "enggak bisa mas, KK nya yang lama harus asli, kalau emang ayahnya udah ninggal, ibunya yang kesini". Dan gue jawab "mbak, namanya KK perubahan yang baru, yang lama diambil kecamatan dan enggak bisa diambil, itu prosedurnya". Dan dia tetep minta KK lama asli, surat kematian asli atau fotocopy yang di legalisir oleh kelurahan / kecamatan, STNK asli, kwitansi pembayaran lima bulan terakhir , materai enam ribu, dan nyokap gue. Eh buset. Padahal di buku angsuran dan petunjuknya, syarat pengambilan BPKB itu cuma :
Syarat-syarat yang harus dipenuhi:
- Bukti pembayaran terakhir yang menunjukan bahwa nasabah telah melunasi semua kewajiban di*****
- Kartu Indentitas (KTP) / STNK nasabah asli yang masih berlaku
- Surat keterangan pindah alamat dari kelurahan jika alamat KTP saat ini berbeda dengan alamat KTP saat pengajuan kredit.
Adapun bilamana pemohon kredit tidak bisa mengambil sendiri
BPKB atas namanya kemudian menguasakan kepada orang lain maka
persyaratan sbb harus dipenuhi:
- Kartu Indentitas (KTP) asli & masih berlaku atas nama nasabah (pemberi kuasa) & penerima kuasa
- Bukti pembayaran terakhir yang menunjukan bahwa nasabah telah melunasi semua kewajiban di*****
- Surat kuasa bermaterai asli yang berisi identitas pemohon kredit (pemberi kuasa), penerima kuasa dan identitas kendaraan.
- Surat keterangan pindah alamat dari kelurahan jika alamat KTP saat ini berbeda dengan alamat KTP saat pengajuan kredit.
- Tanda tangan pemberi kuasa pada surat kuasa harus sama dengan tanda tangan KTP asli
Dalam hal terjadi suatu keadaan dimana nasabah atau debitur
tidak bisa membuatkan surat kuasa seperti yang bersangkutan meninggal
dunia atau mengalami sakit maka untuk pengambilan BPKB diperlukan
persyaratan sbb:
- Bukti kwitansi pelunasan atau kwitansi pembayaran asli yang terakhir
- KTP asli pihak pengambil yang masih berlaku dan dokumen yang menunjukkan hubungan antara debitur dengan pihak pengambil BPKB, yaitu Kartu Keluarga atau Surat Nikah.
- Surat pernyataan pengambilan BPKB bermaterai asli.
- Surat keterangan kematian debitur dari RT/RW setempat dan atau pihak yang berwenang lainnya
- Pengambil BPKB adalah ahli waris yang dilengkapi dengan bukti pertalian resmi hubungan kekerabatan antara debitur (selaku pewaris) dan pengambil BPKB ( selaku ahli waris).
Enggak ada kan aturan kwitansi terakhir lima bulan terkahir. Gue ngerasa emosi. Dan akhirnya gue balik, jemput nyokap gue karna pengganti wali dari bokap gue. Nyokap yang kebetulan lagi jadi petugas posyandu disamping rumah nanya ke gue "ada apa kak?". "ngambil BPKBnya di persulit ma, mama harus ikut karena penjamin pengganti bapak ninggal" jawab gue. Gue dan nyokap pun ngumpulin persyaratan seperti kwitansi selama gue bayar angsuran, faktur pertama kali pengambilan motor, KK asli, KTP asli kedua ortu gue, Surat kematian asli. Masih dengan seragam posyandunya, gue dan nyokap berangkat lagi ke *****. Dan sambutannya berubah 180 derajat. Jadi ramah banget, dari security sampai petugas CS nya yang tadi ketus banget sama gue. Gue langsung menuju meja CS tadi bareng nyokap, dan gue langsung menunjukkan KK baru asli, KTP asli kedua ortu gue, surat kematian asli, kwitansi pembayaran angsuran gue dari awal langsung di atas meja tu CS. Dan gue dipersilahkan duduk di antrian sementara nyokap di bangku meja CS bersama CS menjelaskan hal-hal yang ditanyakan oleh petugas CS tersebut. Dan enggak lama pengajuan pengambilan BPKB gue diproses. Nyokap bilang ke gue "kok sama mama pada ramah juga baik banget. apa karena mama pakai seragam posyandu ya". Dan gue coba liat penampilan gue. Gue cuma pakai jersey bola, celana pendek, sepatu dan tas laptop. Gue jawab "mungkin iya ya ma, aku disangka anak maen gitu, karena cuma pakai jersey, celana pendek, sepatu, juga tas". Dan nyokap gue bilang "besok-besok kalau gitu mending pakai seragam, karena orang ngeliatnya dari seragam sekarang ini rata-rata. buktinya mama dilayanin ramah banget. Mama jelasin juga petugasnya ya ramah setiap dia tanya". Dan gue jawab "tau gitu tadi pakai seragam kerja kesini. tapi alangkah nemen, bayar angsuran sama ambil bpkb aja pakai seragam biar dilayanin ramah".
Dan enggak lama BPKB gue pun udah bisa di ambil. Orang-orang yang tadi ketus sama gue berubah jadi (sok) ramah sama gue. Sumpah gue ilfeel banget sama pelayanan terakhir dari *****. Seharusnya namanya pelayanan di layanin dengan baik. Kalau enggak ada konsumen yang mengambil motor dengan kredit, mungkin perusahaan mereka sepi. Gue enggak nyalahin perusahaan, kantor atau semua karyawannya. Gue disini cuma ngeluarin uneg-uneg aja karena jadi korban ketidak ramahan pelayanan dari oknum tertentu yang kebetulan bekerja sebagai karyawan di tempat tersebut. Mengikuti aturan boleh, tapi kalau terlalu kaku juga jadinya aneh. Bayangin aja, jelas-jelas dibuku angsuran gue bayar tiap awal bulan jauh dari tanggal jatuh tempo, enggak pernah telat dan kena denda, ada bukti tanda tangan serta stempel perusahaan juga tanggal pembayaran di setiap kolom angsurannya, masih juga diminta kwitansi pembayaran lima bulan terakhir. Padahal bisa di cek di history pembayaran atas nama pemohon kredit, bisa diliat di buku angsurannya. Gue juga enggak gila kali tanda tangan sendiri juga buat stempel duplikat terus gue cap sendiri. Belum lagi waktu diminta KK asli lama sebelum perubahan. Harusnya petugasnya mengerti dulu prosedurnya, kalau KK telah dirubah karena ada yang meninggal, KK yang lama ditarik oleh kecamatan diganti yang baru. Yang gue heranin lagi, kalau emang bisa dipermudah kenapa dipersulit sih? kenapa harus memandang seseorang dari seragam sih. Yah, mungkin ini resiko hidup di zaman yang serba hedonis.
Dan yang terpenting gue bersyukur, akhirnya hubungan gue sama jeje udah resmi. dan gue juga berhasil keluar dari geng motor kredit walau dengan susah payah.
No comments:
Post a Comment